DIAGNOSIS
KESULITAN BELAJAR SISWA
Diagnosis merupakan istilah
teknis dibidang medis. Menurut Thorndike dan Hagen, diagnosis dapat diartikan
sebagai berikut :
1. Upaya
atau proses menemukan kelemahan atau penyakit apa yang dialami seseorang dengan
melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai gejala – gejalanya ;
2. Studi yang seksama terhadap fakta tentang
sesuatu hal untuk menemukan karakteristik atau kesalahan – kesalahan dan
sebagainya yang essensial.
3. Keputusan yang dicapai setelah dilakukan
suatu studi yang seksaama atas gejala – gejala atau fakta tentang suatu hal.
Dalam dunia pendidikan
diagnosis yang dilakukan merupakan upaya atau proses menemukan kelemahan
seseorang yang bermasalah dalam proses pembelajaran yang dilakukan dengan
mengamati fakta-fakta yang dikumpulkan selama proses pembelajaran yang telah
dilakukan.
Kelemahan-kelemahan
tersebut merupakan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh peserta didik. Kesulitan-kesulitan
tersebut dapat disebabkan oleh kondisi dari dalam diri siswa seperti psikologis
siswa maupun kondisi fisiologisnya. Sedangkan kesulitan-kesulitan yang
disebabkan oleh kondisi dari luar siswa bisa berupa fasilitas belajar atau
lingkungan belajar yang merupakan penunjang dari proses belajar. Masalah eksternal
tersebut dapat pula berasal dari dalam diri pengajar yang memberikan bimbingan
dalam pembelajaran. Baik karena metodenya atau hal lainnya.
Kesulitan tersebut
sangat penting untuk diperhatikan dan diatasi karena akan membawa dampak buruk
bagi peserta didik itu sendiri maupun bagi lingkungannya. Biasanya terwujud
dalam bentuk kemalasan belajar, frustasi, mogok sekolah, perkelahian dan sebagainya.
Oleh karena itu kelemahan-kelemahan
tersebut harus dapat dideteksi atau didiagnosis oleh seorang pengajar dengan
sistematik agar pemahaman pengajar terhadap kesulitan belajar siswa dapat
diketahui secara mendalam sehingga langkah-langkah untuk menyelesaikannya dapat
dilakukan dengan benar sampai kesulitan-kesulitan tersebut teratasi dan dampak
negatif yang mungkin terjadi dapat dicegah. Langkah-langkah yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Diagnosa
Diagnosa
adalah upaya sistematis yang dilakukan untuk memahami secara mendalam tentang
hubungan antara kasus, masalah, dan faktor penyebab sebgai rangkaian kegiatan
dalam rangka memahami fenomena masalah siswa. Diagnosa dapat dilakukan melalui
proses identifikasi kasus, masalah dan faktor penyebab.
A. Identifikasi
Kasus
Identifikasi
kasus merupakan upaya sistematis yang dilakukan oleh guru untuk menentukan
siswa yang mengalami kesulitan belajar. Penentuan siswa yang mengalami
kesulitan bisa dilakukan melalui pemahaman kondisi sosial pribadi siswa dan
prestasi belajarnya. Adapun jenis-jenis siswa yang mengalami kesulitan belajar adalah
sebagai berikut:
1. Peserta
Didik Yang Cepat Dalam Belajar
Peserta
didik yang cepat dalam belajar, pada umumnya adalah siswa yang dapat
menyelesaikan proses belajar dalam waktu yang cepat dari pada ynag diperkirakan
semula. Mereka dengan mudah
dapat menerima materi pelajaran yang disajikan, dan mereka juga tidak
memerlukan waktu yang lama untuk memecahkan permasalahan yang dihadapkan kepada
mereka. Pada umumnya siswa yang cepat dalam belajar ini mempunyai IQ(tingkat
kecerdasan) diatas 130, yakni tergolong genius atau gifted. Kedudukannya dalam
kelompok selalu derada posisi atas.
Meskipun
demikian, peserta didik ynag cepat dalam belajar sering juga mengalami
kesulitan dalam belajar. Karena pada umumnya kegiatan belajar disekolah selalu
menggunakan ukuran normal(rata-rata) dalam kecepatan belajar. Oleh karena itu,
salah satu usaha untuk membantu mereka mengatasi kesulitan belajarnya adalah
dengan cara memberiakn tugas-tugas tambahan kepada mereka sebagai bahan
pengayaan.
2. Peserta
Didik Yang Lambat Dalam Belajar
Peserta
didik yang lambat dalam belajar merupakan kebalikan dari pada siswa yang cepat
dalam belajar, dimana peserta didik yang lambatdalam belajar memerlukan waktu
yang lama/panjang dari waktu yang diperkirakan cukup untuk kondisi untuk siswa
yang normal. Hal ini menyebabkan mereka sering merasa tertinggal dalam proses belajarnya,
ssehingga mereka menemukan kesulitan belajar. Dipandang dari segi tingkat
kecerdasan(IQ) pada umumnya peserta didik yang lambat dalam belajar
ini mempunyai IQ dibawah rata-rata atau normal, sehingga meraka memerlukan
perhatian khusus dan waktu yang lebih lama dalam proses belajarnya.
3. Peserta
Didik Yang Kreatif
Peserta
didik yang kreatif adalah siswa yang menunjukkan kreativitas yang tinggi dalam kegiatan-kegiatan
tertentu, seperti dalam melukis, menggambar, olahraga.Kesenian, organisasi dan
kegiatan kurikuler lainnya. Pada umumnya siswa yang kreatif ini terdiri dari
pesrta didik yang cepat dalam belajar, disamping siswa yang normal(rata_rata).
Peserta didik yang kreatif ini dalam proses belajarnya lebih mampu pula
memecahkan permasalahan yang dihadapkan kepada mereka dengan berbagai variasi.
Dalam memecahakan permasalahan yang dihadapkan kepada mereka lebih senang
bekerja sendiri, percaya diri, dan mereka berani menanggung resiko yang sulit
sekalipun, bahkan kadang-kadang bersifat destruktif, disamping sering juga
bersifat konstruktif.Untuk mengembangkan kreativitas para peserta didik ini,
sekolah diharapkan dapat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya.
4. Peserta
Didik Yang Drop Out
Peserta
didik yang drop out adalah siswa yang tidak berhasil atau siswa yang gagal
dalam kegiatan belajarnya.Adapun penyebab drop out ini banyak sekali, barang
kali disebabkan oleh faktor yang ada didalam diri peserta didik sendiri,
seperti kurang minat, malas dan sekolah/jurusan tidak sesuai dengan cita-cita
dan lain sebagainya. Mungkin pula disebabkan oleh faktor eksternal, seperti
kurikulum, metode mengajar yang digunakan guru, lungkungan masyarakat yang
tidak mendukung atau keluarga broken homedan lain sebagainya.
Dalam
hal ini menjadi permasalahan adalah bagaimana membantu peserta didik yang drop
uot ini, agar mereka dapat mebnjadi warga masyarakat yang berima dan bertaqwa
serta berguna baik bagi dirinya sendiri maupun bagi bangsa dan negara.
5. Peserta
didik yang “Underachiever”
Peserta
didik yang tergolong underachiever adalah siswa yang memiliki taraf intelegensi
yang tergolong tinggi, akan tetapi memperoleh prestasi belajar yangtergolong
rendah(dibawah rata-rata kelas). Peserta didik ini dikatakan “undercaheiver”
kerena secara potensial, peserta didik yang memiliki taraf intelegensi yang
tinggi mempunyai kemungkinan cukup besar untuk memperoleh prestasi belajar yang
tinggi, akan tetapi dalam hal dibawah tersebut mempunyai prestasi belajar yang
dibawah kemampuan potensial mereka.
Dari
hasil penelitian para pakar, ditemukan bahwa tarap intelegensi pesrta didik
yang underachiever ini diatas 100, akan tetapi prestasi belajar mereka berada
pada golongan dibawah rata-rata. Dan jumlah mereka adalah sekitar 5 %-15% dari
seluruh jumlah siswa disekolah tersebut.Peserta didik underachiever ini,
dipandang sebagai siswa ynag mengalami kesulitan dalam belajar disekolah,
kerena secara potensial mereka memiliki kemungkinan untuk memperoleh prestasi
belajar yang tinggi.
Keadaan
ini biasanya dilatarbelakangi oleh aspek motivasi, minat, sikap, kebiasaan
belajar, ciri-ciri keperibadiaan tertentu atau pun pola-pola pendidikan yang
diterima dari orang tua dan suasana keluarga yang tidak mendukung. Sudah
pasti peserta didik yang underachiever ini memerlukan perhatian yang istimewa
dari para guru, guru pembimbing dan kepala sekolah.
Disamping
kelima karakterristik yang telah diuraikan diatas, ada beberapa karakteristik
lainnya,sepertilearning disabilities, learning disfunction, learninmg disorder.
Learning disabilitas adalah peserta didik yang tergolong pada siswa yang karena
sesuatu hal yang tidak mampu belajar atau mereka menghindar dari kegiatan
belajar, sehingga prestasi belajar yang dicapainya meniadi rendah.
Learning
disfuntion adalah gejala yang dialami peserta didik, dimana psoses belajarnya
tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnyasiswa tersebut tidak
menunjukkan adanya submoralitas mental, gangguan aklat dria, atau gangguan
psikologis lainya. Adapun peserta didik yang mengalami learning lisorder,
adalah peserta didik yang mengalami kekacauan belajar, yakni kekacauan dimana
proses belajarnya terganggu karena timbulnya respon yang bertentangan.
B. Identifikasi
masalah
Identifikasi
masalah adalah upaya sistematis untuk memahami secara mendalam tentang hakikat
dan esensi masalah yang dihadapi siswa. Identifikasi masalah ini dapat
dilakukan oleh guru dengan cara mengkaji secara mendalam tentang jenis dan hakikat
masalah yang menjadi faktor penyebab kesulitan belajar siswa.
C. Identifikasi
faktor penyebab
Identifikasi
faktor penyebab adalah upaya sistematis yang dilakukan oleh guru untuk memahami
hubungan antara kasus, masalah dan faktor-faktor penyebab munculnya masalah. Identifikasi
faktor penyebab dapat dilakukan dengan memahami secara mendalam tentang kondisi
objektif siswa baik yang menyangkut faktor dalam dan faktor luar siswa. Faktor
internal atau faktor yang terdapat didalam diri peserta didik itu sendiri antara
lain adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya
kemampuan dasar yang dimiliki oleh peserta didik.
2. Kurangnya
bakat khusus untuk suatu situasi belajar tertentu.
3. Kurangnya
motivasi atau dorongan untuk belajar, tanpa motivasi yang besar peserta didik
akan banyak mengalami kesulitan dalam belajar, karena motivasi merupakan faktor
pendorong kegiatan belajar.
4. Situasi
pribadi terutama emosional yang dihadapi peserta didik pada waktu tertentu
dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar, misalnya: konflik yang dialaminya,
kesedihan, dan lain sebagainya.
5. Faktor
jasmaniah yang tidak mendukung kegiatan belajar, seperti ganguan kesehatan,
cacat tubuh, gangguan penglihatan, ganguan pendengaran dan lain sebagainya.
6. Faktor
hederitas(bawaan) yang tidak mendukung kegiatan belajar, seperti buta warna,
kidal, troper, cacat tubuh dan lain sebagainya.
Adapun
faktor yang terdapat diluar diri peserta didik(faktor eksternal) yang dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa adalah:
a. Faktor
lingkungan sekolah yang kurang memadai bagi situasi belajar peserta didik.
b. Situasi
dalam keluarga yang kurang mendukung situasi belajar peseryta didik, seperti
broken home. Kurangnya perhatian orang tua karena sibuk dengan pekerjaannya,
kurangnya kemampuan orang tua dalam memberi pengarahan dan lain sebagianya.
c. Situasi
lingkungan sosial yang menganggu kegiatan belajar siswa, seperti pengaruh
negatif dari pergaulan, situasi masyarakat yang kurang memadai, gangguan
kebudayaan, film, bacaan, permainan elekteonik, dsb.
.
Faktor luar siswa bisa dipahami melalui pengenalan terhadap kondisi sosial,
ekonomi, budaya dan lingkungan siswa baik secara khusus dan umum.
2. Prognosa
Prognosa
adalah upaya sistematis yang dilakukan oleh guru untuk mengidentifikasi
berbagai alternatif bantuan yang dapat diberikan kepada siswa dalam rangka
membantu kesulitan belajar siswa. Prognosa dapat dilakukan oleh guru dengan
mempertimbangkan kesiapan sarana dan prasarana yang tersedia dan dapat
dilaksanakan.
3. Treatment
Treatment
adalah upaya bantuan yang dipilih sebagai alternatif untuk mengatasi kesulitan
belajar siswa. Treatment yang dipilih didasarkan atas karakteristik utama
kesulitan belajar siswa, bisa bersifat langsung dan tidak langsung. Bentuk treatment
bisa berupa pengayaan, pemantapan, remedial dan peningkatan. Treatment tidak
langsung bisa berupa konseling dan psikoterapi oleh ahlinya melalui proses
referal.