Kamis, 19 Maret 2015

[RESUME] Masalah-Masalah Siswa di Sekolah serta Pendekatan-Pendekatan Umum dalam Bimbingan Konseling



Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia masalah berarti persoalan yang harus diselesaikan. Masalah yang menimpa seseorang jika tidak segera dicari atau diselesaikan maka masalah tersebut akan berkembang dan hal ini berimplikasi terhadap kehidupannya dan orang lain. Menurut Prayitno (1985) ciri-ciri masalah adalah :
1.      Masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya
2.      Menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan orang lain
3.      Ingin atau perlu dihilangkan
Peserta didik adalah remaja yang memiliki karakteristik, kebutuhan, dan tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhinya, dan tak jarang dalam proses pencapaian dan pencarian jati dirinya tersebut sering mengalami kesulitan dan permasalah baik yang di akbiatkan oleh faktor luar (eksternal) maupun dari dalam diri sendiri (Internal). Masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa sangat beragam seperti:
1.      Masalah dalam kelas saat dalam pelajaran tertentu
2.      Masalah dalam keluarga
3.      Masalah dengan sesama teman
4.      Trauma akan suatu kejadian
5.      Dan lain-lain

Masalah diatas hanya sebagian kecil dari berbagai masalah yang umumnya sering di alami oleh sebagian besar peserta didik, sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi kualitas konsentrasi dan hasil belajar siswa.  Dari dasar itulah amat teramat penting tentang adanya peran konselor dalam suatu lembaga termasuk juga lembaga sekolah. Di sekolah sangat mungkin ditemukan siswa yang yang bermasalah, dengan menunjukkan berbagai gejala penyimpangan perilaku. Penyimpangan perilaku ini digolongkan dalam beberapa kategori, yaitu:

1.      Masalah (kasus) ringan, seperti: membolos, malas, kesulitan belajar pada bidang tertentu, berkelahi dengan teman sekolah, bertengkar, minum minuman keras tahap awal, berpacaran, mencuri kelas ringan. Kasus ringan dibimbing oleh wali kelas dan guru dengan berkonsultasi kepada kepala sekolah (konselor/guru pembimbing) dan mengadakan kunjungan rumah.

2.      Masalah (kasus) sedang, seperti: gangguan emosional, berpacaran, dengan perbuatan menyimpang, berkelahi antar sekolah, kesulitan belajar, karena gangguan di keluarga, minum minuman keras tahap pertengahan, mencuri kelas sedang, melakukan gangguan sosial dan asusila. Kasus sedang dibimbing oleh guru BK (konselor), dengan berkonsultasi dengan kepala sekolah, ahli/profesional, polisi, guru dan sebagainya. Dapat pula mengadakankonferensi kasus.

3.      Masalah (kasus) berat,seperti: gangguan emosional berat, kecanduan alkohol dan narkotika, pelaku kriminalitas, siswa hamil, percobaan bunuh diri, perkelahian dengan senjata tajam atau senjata api. Kasus berat dilakukan referal (alihtangan kasus) kepada ahli psikologi dan psikiater, dokter, polisi, ahli hukum yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan kegiatan konferensi kasus.

Seorang konselor harus memahami berbagai aspek dalam usaha mengarahkan penyelesaian masalah siswa, seperti aspek sosial, psikologis dan latar belakang siswa dalam keluarga. Termasuk juga didalamnya di butuhkan berbagai strategi untuk memudahkan penelesaian masalahnya. Penulis dalam resume ini hanya akan fokus terhadap strategi-strategi dalam ilmu bimbingan dan konseling.
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan konselor dalam bisa digunakan dalam usaha membantu penyelesaian permasalah siswa, diantaranya adalah:

A.    Konseling Individual
Konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara konselor dan seorang konseli (Siswa). Konseli mengalami kesukaran pribadi yang tak dapat ia pecahkan sendiri, kemudian ia meminta bantuan konselor untuk membantu menyelesaikan masalahnya. Dalam strategi ini diusahakan agar hubungan konseli dan konselor terjalin secara dinamis dan khusus. Dalam hubungan ini, konselor dapat menerima konseli secara pribadi dan tidak memberikan suatu penilaian apapun, sehingga konseli merasakan adanya orang lain yang dapat mengerti permasalahnaya.

Secara umum proses konseling individual terbagi atas tiga tahapan yaitu:
 1.      Tahap Awal Konseling
Tahap awal ini terjadi sejak klien bertemu dengan konselor, Cavanagh (1982) menyebut tahap awal ini dengan istilah Introduction, inivation and environmental support. Adapun yang dilakukan oleh konselor dalam tahapan awal ini adalah:
           a.              Membangun hubungan konseling dengan melibatkan klien yang mengalami masalah.
b.      Memperjelas dan mengidentifikasi Masalah
c.       Membuat Penjajakn Alternatif Bantuan untuk Mengatasi Masalah
d.      Menegosiasikan Kontrak

2.      Tahap Pertengahan
Berdasarkan masalah klien yang telah diketahui pada tahap awal, kegiatan selanjutnya memfokuskan pada:
a.       Penjelajahan masalah yang dialami klien; dan
b.      Bantuan apa yang akan diberikan berdasarkan penilaian kembali apa-apa yang
         di jelajahi tentang masalah klien.

Hal diatas akan membantu klien memperoleh pemahaman baru, alternatif baru yang mungkin berbeda dengan yang sebelumnya. Pemahaman ini akan membantu dalam membuat keputusan dan tindakan apa yang akan digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Adapun tujuan pada tahapan ini adalah:
a.       Menjelajahi dan mengeksflorasi masalah serta kepedulian klien dan lingkungannya dalam mengatasi masalah tersebut.
b.      Menjaga agar konseling selalu terpelihara.
c.       Proses konseling agar sesuai dengan kontrak

3.      Tahap Akhir Konseling
Cavanagh (1982) menyebut tahap ini dengan istilah termenination. Pada tahapan ini, konseling ditandai oleh beberapa hal berikut:
a.       Menurunya kecemasan klien
b.      Adanya perubahan prilaku kearah yang lebih positif, sehat dan dinamik.
c.       Adanya tujuan hidup yang jelas dimasa yang akan datang dengan program yang jelas pula.
d.      Terjadinya perubahan sikap yang positif terhadap masalah yang dialaminya, dapat mengkoreksi diri dan meniadakan sikaf yang suka menyalahkan dunia luar.
Tujuan akhir pada tahapan ini memutuskan perubahan sikap dan prilaku yang tidak bermasalah.

B.     Konsultasi
Teknik lain dalam peluncuran bimbingan adalah konsultasi. Konsultasi merupakan salah satu strategi bimbingan yang penting sebab banyak masalah karena suatu hal akan lebih berhasil jika ditangani secara tidak langsung oleh konselor. Brown dan teman-temanya telah menegaskan bahwa konsultasi itu bukan konseling atau psikoterapi sebab konsultasi tidak merupakan layanan yang langsung diberikan kepada siswa, tetapi secara tidak langsung melayani siswa melalui bantuan yang diberikan orang lain.
Adapun tujuan konsultasi yaitu:
1.      Mengembangkan dan menyempurnakan lingkungan belajar bagi siswa, orang tua, dan administator sekolah;
2.      Mengajak bersama pribadi yang memiliki peranan dan fungsi yang bermacam-macam untuk menyempurnakan lingkungan belajar;
3.      Memperluas layanan pendidikan bagi guru dan administator;
4.      Membantu orang lain bagaimana belajar tentang prilaku
5.      Menciptakan suatu lingkungan yang berisi semua komponen lingkungan belajar yang baik.

C.    Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri konseli (siswa). Isi kegiatan bimbingan kelompok terdiri atas penyampaian informasi yang berkenaan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah sosial yang tidak disajikan dalam bentuk pelajaran.
Penataan bimbingan kelompok pada umumnya berbentuk kelas yang beranggotakan 20 sampai 30 orang. Adapun langkah-langkanya adalah:
1.      Langkah Awal
Langkah awal diselenggarakan dalam rangka pembentukan kelompok sampai dengan mengumpulkan para peserta yang siap melaksanakan kegiatan kelompok, langkah ini dimulai dengan menjelaskan tentang adanya layanan bimbingan kelompok bagi para siswa, pengertian, tujuan dan kegunaan bimbingan kelompok. Setelah penjelasan ini, langkah selanjutnya menghasilakan kelompok yang langsung merencanakan waktu dan tempat menyelenggarakan bimbingan kelompok.
2.      Perencanaan Kegiatan
Perencanaan kegiatan bimbingan kelompok meliputi penetapan:
a.       Materi layanan
b.      Tujuan yang ingin dicapai
c.       Sarana kegiatan
d.      Bahan atau sumber bahan untuk bimbingan kelompok;
e.       Rencana penilaian; dan
f.       Waktu dan tempat
3.      Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan yang telah di rencanakan itu selanjutnya dilaksanakan melalui kegiatan sebagai berikut:
a.       Persiapan menyeluruh yang meliputi persiapan fisik (tempat dan kelengkapannya); persiapan bahan, persiapan keterampilan dan persiapan administrasi.
b.      Pelaksanaan seluruh kegiatan
c.       Penutup
4.      Evaluasi Kegiatan
Penilaian kepada bimbingan kelompok berorientasi pada perkembangan yaitu mengenali kemajuan atau perkembangan fositif yang terjadi pada diri peserta.

D.    Konseling Kelompok
Konseling kelompok adalah suatu upaya bantuan kepada peserta didik dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhan. Konseling kelompok bersifat pencegahan, dalam arti bahwa klien (siswa) yang bersangkutan mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalahnya. Prosedur konseling kelompok sama dengan bimbingan kelompok, yaitu:
1.      Tahap pembentukan.
2.      Tahap peralihan.
3.      Tahap kegiatan.
4.      Tahap pengakhiran.

E.     Pengajaran Remedial
Pengajaran remedial dapat didefinisikan sebagai upaya guru untuk menciptakan suatu situasi yang memungkinkan individu atau kelompok siswa tertentu lebih mampu mengembangkan dirinya seoptimal mungkin sehingga dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan. Pengajaran remedial merupakan salah satu tahap kegiatan utama dalam seluruh kerangka pola layanan bimbingan belajar. Secara sistematika prosedur remedial tersebut dapat digambarkaan sebagai berikut:
1.      Diagnosik kesulitan belajar mengajar.
2.      Rekomendasi.
3.      Penelaahan kembali kasus.
4.      Pilihan alternatif tindakan.
5.      Layanan konseling.
6.      Pelaksanaan pengajaran remedial.
7.      Pengukuran kembali hasil belajar-mengajar.
8.      Reevaluasi.
9.      Tugas tambahan.
10.  Hasil yang di harapkan.
Strategi dan teknik pengajaran remedial dapat dilakukan secara preventif, kuratif dan pengembangan. Tindakan pengajaran remedial dikatakan bersifat kuratif jika dilakukan setelah program belajar mengajar utama selesai diselenggarakan.
Dengan melihat penjelasan di atas, tampak jelas bahwa penanganan siswa bermasalah melalui pendekatan Bimbingan dan Konseling tidak semata-mata menjadi tanggung jawab guru BK/konselor di sekolah tetapi dapat melibatkan pula berbagai pihak lain untuk bersama-sama membantu siswa agar memperoleh penyesuaian diri dan perkembangan pribadi secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA 
Kusmawati, N. dan Sukardi, D. K. (2008 ). Proses Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah. Jakarta: Ahdi Mahasatya.

Sudrajat, Akhmad. (2011) . Mengatasi Masalah Siswa Melalui Layanan Konseling Individual. Jakarta: Paramitra.  


Sudrajat, Akhmad. (2010). Strategi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling. [Online]. Tersedia: https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/08/penanganan-siswa-bermasalah-di-sekolah/ [19 Maret 2015]

 Amelia. (2012). Masalah-Masalah Siswa di Sekolah serta Pendekatan-Pendekatan Umum dalam Bimbingan Konseling. Tersedia: http://niaameliaa.blogspot.com/2012/04/pendekatan-umum-serta-strategi.html?m=1 [19 Maret 2015]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar