Kamis, 19 Maret 2015

[RESUME] Masalah-Masalah Siswa di Sekolah serta Pendekatan-Pendekatan Umum dalam Bimbingan Konseling



Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia masalah berarti persoalan yang harus diselesaikan. Masalah yang menimpa seseorang jika tidak segera dicari atau diselesaikan maka masalah tersebut akan berkembang dan hal ini berimplikasi terhadap kehidupannya dan orang lain. Menurut Prayitno (1985) ciri-ciri masalah adalah :
1.      Masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya
2.      Menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan orang lain
3.      Ingin atau perlu dihilangkan
Peserta didik adalah remaja yang memiliki karakteristik, kebutuhan, dan tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhinya, dan tak jarang dalam proses pencapaian dan pencarian jati dirinya tersebut sering mengalami kesulitan dan permasalah baik yang di akbiatkan oleh faktor luar (eksternal) maupun dari dalam diri sendiri (Internal). Masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa sangat beragam seperti:
1.      Masalah dalam kelas saat dalam pelajaran tertentu
2.      Masalah dalam keluarga
3.      Masalah dengan sesama teman
4.      Trauma akan suatu kejadian
5.      Dan lain-lain

Masalah diatas hanya sebagian kecil dari berbagai masalah yang umumnya sering di alami oleh sebagian besar peserta didik, sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi kualitas konsentrasi dan hasil belajar siswa.  Dari dasar itulah amat teramat penting tentang adanya peran konselor dalam suatu lembaga termasuk juga lembaga sekolah. Di sekolah sangat mungkin ditemukan siswa yang yang bermasalah, dengan menunjukkan berbagai gejala penyimpangan perilaku. Penyimpangan perilaku ini digolongkan dalam beberapa kategori, yaitu:

1.      Masalah (kasus) ringan, seperti: membolos, malas, kesulitan belajar pada bidang tertentu, berkelahi dengan teman sekolah, bertengkar, minum minuman keras tahap awal, berpacaran, mencuri kelas ringan. Kasus ringan dibimbing oleh wali kelas dan guru dengan berkonsultasi kepada kepala sekolah (konselor/guru pembimbing) dan mengadakan kunjungan rumah.

2.      Masalah (kasus) sedang, seperti: gangguan emosional, berpacaran, dengan perbuatan menyimpang, berkelahi antar sekolah, kesulitan belajar, karena gangguan di keluarga, minum minuman keras tahap pertengahan, mencuri kelas sedang, melakukan gangguan sosial dan asusila. Kasus sedang dibimbing oleh guru BK (konselor), dengan berkonsultasi dengan kepala sekolah, ahli/profesional, polisi, guru dan sebagainya. Dapat pula mengadakankonferensi kasus.

3.      Masalah (kasus) berat,seperti: gangguan emosional berat, kecanduan alkohol dan narkotika, pelaku kriminalitas, siswa hamil, percobaan bunuh diri, perkelahian dengan senjata tajam atau senjata api. Kasus berat dilakukan referal (alihtangan kasus) kepada ahli psikologi dan psikiater, dokter, polisi, ahli hukum yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan kegiatan konferensi kasus.

Seorang konselor harus memahami berbagai aspek dalam usaha mengarahkan penyelesaian masalah siswa, seperti aspek sosial, psikologis dan latar belakang siswa dalam keluarga. Termasuk juga didalamnya di butuhkan berbagai strategi untuk memudahkan penelesaian masalahnya. Penulis dalam resume ini hanya akan fokus terhadap strategi-strategi dalam ilmu bimbingan dan konseling.
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan konselor dalam bisa digunakan dalam usaha membantu penyelesaian permasalah siswa, diantaranya adalah:

A.    Konseling Individual
Konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara konselor dan seorang konseli (Siswa). Konseli mengalami kesukaran pribadi yang tak dapat ia pecahkan sendiri, kemudian ia meminta bantuan konselor untuk membantu menyelesaikan masalahnya. Dalam strategi ini diusahakan agar hubungan konseli dan konselor terjalin secara dinamis dan khusus. Dalam hubungan ini, konselor dapat menerima konseli secara pribadi dan tidak memberikan suatu penilaian apapun, sehingga konseli merasakan adanya orang lain yang dapat mengerti permasalahnaya.

Secara umum proses konseling individual terbagi atas tiga tahapan yaitu:
 1.      Tahap Awal Konseling
Tahap awal ini terjadi sejak klien bertemu dengan konselor, Cavanagh (1982) menyebut tahap awal ini dengan istilah Introduction, inivation and environmental support. Adapun yang dilakukan oleh konselor dalam tahapan awal ini adalah:
           a.              Membangun hubungan konseling dengan melibatkan klien yang mengalami masalah.
b.      Memperjelas dan mengidentifikasi Masalah
c.       Membuat Penjajakn Alternatif Bantuan untuk Mengatasi Masalah
d.      Menegosiasikan Kontrak

2.      Tahap Pertengahan
Berdasarkan masalah klien yang telah diketahui pada tahap awal, kegiatan selanjutnya memfokuskan pada:
a.       Penjelajahan masalah yang dialami klien; dan
b.      Bantuan apa yang akan diberikan berdasarkan penilaian kembali apa-apa yang
         di jelajahi tentang masalah klien.

Hal diatas akan membantu klien memperoleh pemahaman baru, alternatif baru yang mungkin berbeda dengan yang sebelumnya. Pemahaman ini akan membantu dalam membuat keputusan dan tindakan apa yang akan digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Adapun tujuan pada tahapan ini adalah:
a.       Menjelajahi dan mengeksflorasi masalah serta kepedulian klien dan lingkungannya dalam mengatasi masalah tersebut.
b.      Menjaga agar konseling selalu terpelihara.
c.       Proses konseling agar sesuai dengan kontrak

3.      Tahap Akhir Konseling
Cavanagh (1982) menyebut tahap ini dengan istilah termenination. Pada tahapan ini, konseling ditandai oleh beberapa hal berikut:
a.       Menurunya kecemasan klien
b.      Adanya perubahan prilaku kearah yang lebih positif, sehat dan dinamik.
c.       Adanya tujuan hidup yang jelas dimasa yang akan datang dengan program yang jelas pula.
d.      Terjadinya perubahan sikap yang positif terhadap masalah yang dialaminya, dapat mengkoreksi diri dan meniadakan sikaf yang suka menyalahkan dunia luar.
Tujuan akhir pada tahapan ini memutuskan perubahan sikap dan prilaku yang tidak bermasalah.

B.     Konsultasi
Teknik lain dalam peluncuran bimbingan adalah konsultasi. Konsultasi merupakan salah satu strategi bimbingan yang penting sebab banyak masalah karena suatu hal akan lebih berhasil jika ditangani secara tidak langsung oleh konselor. Brown dan teman-temanya telah menegaskan bahwa konsultasi itu bukan konseling atau psikoterapi sebab konsultasi tidak merupakan layanan yang langsung diberikan kepada siswa, tetapi secara tidak langsung melayani siswa melalui bantuan yang diberikan orang lain.
Adapun tujuan konsultasi yaitu:
1.      Mengembangkan dan menyempurnakan lingkungan belajar bagi siswa, orang tua, dan administator sekolah;
2.      Mengajak bersama pribadi yang memiliki peranan dan fungsi yang bermacam-macam untuk menyempurnakan lingkungan belajar;
3.      Memperluas layanan pendidikan bagi guru dan administator;
4.      Membantu orang lain bagaimana belajar tentang prilaku
5.      Menciptakan suatu lingkungan yang berisi semua komponen lingkungan belajar yang baik.

C.    Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri konseli (siswa). Isi kegiatan bimbingan kelompok terdiri atas penyampaian informasi yang berkenaan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah sosial yang tidak disajikan dalam bentuk pelajaran.
Penataan bimbingan kelompok pada umumnya berbentuk kelas yang beranggotakan 20 sampai 30 orang. Adapun langkah-langkanya adalah:
1.      Langkah Awal
Langkah awal diselenggarakan dalam rangka pembentukan kelompok sampai dengan mengumpulkan para peserta yang siap melaksanakan kegiatan kelompok, langkah ini dimulai dengan menjelaskan tentang adanya layanan bimbingan kelompok bagi para siswa, pengertian, tujuan dan kegunaan bimbingan kelompok. Setelah penjelasan ini, langkah selanjutnya menghasilakan kelompok yang langsung merencanakan waktu dan tempat menyelenggarakan bimbingan kelompok.
2.      Perencanaan Kegiatan
Perencanaan kegiatan bimbingan kelompok meliputi penetapan:
a.       Materi layanan
b.      Tujuan yang ingin dicapai
c.       Sarana kegiatan
d.      Bahan atau sumber bahan untuk bimbingan kelompok;
e.       Rencana penilaian; dan
f.       Waktu dan tempat
3.      Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan yang telah di rencanakan itu selanjutnya dilaksanakan melalui kegiatan sebagai berikut:
a.       Persiapan menyeluruh yang meliputi persiapan fisik (tempat dan kelengkapannya); persiapan bahan, persiapan keterampilan dan persiapan administrasi.
b.      Pelaksanaan seluruh kegiatan
c.       Penutup
4.      Evaluasi Kegiatan
Penilaian kepada bimbingan kelompok berorientasi pada perkembangan yaitu mengenali kemajuan atau perkembangan fositif yang terjadi pada diri peserta.

D.    Konseling Kelompok
Konseling kelompok adalah suatu upaya bantuan kepada peserta didik dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhan. Konseling kelompok bersifat pencegahan, dalam arti bahwa klien (siswa) yang bersangkutan mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalahnya. Prosedur konseling kelompok sama dengan bimbingan kelompok, yaitu:
1.      Tahap pembentukan.
2.      Tahap peralihan.
3.      Tahap kegiatan.
4.      Tahap pengakhiran.

E.     Pengajaran Remedial
Pengajaran remedial dapat didefinisikan sebagai upaya guru untuk menciptakan suatu situasi yang memungkinkan individu atau kelompok siswa tertentu lebih mampu mengembangkan dirinya seoptimal mungkin sehingga dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan. Pengajaran remedial merupakan salah satu tahap kegiatan utama dalam seluruh kerangka pola layanan bimbingan belajar. Secara sistematika prosedur remedial tersebut dapat digambarkaan sebagai berikut:
1.      Diagnosik kesulitan belajar mengajar.
2.      Rekomendasi.
3.      Penelaahan kembali kasus.
4.      Pilihan alternatif tindakan.
5.      Layanan konseling.
6.      Pelaksanaan pengajaran remedial.
7.      Pengukuran kembali hasil belajar-mengajar.
8.      Reevaluasi.
9.      Tugas tambahan.
10.  Hasil yang di harapkan.
Strategi dan teknik pengajaran remedial dapat dilakukan secara preventif, kuratif dan pengembangan. Tindakan pengajaran remedial dikatakan bersifat kuratif jika dilakukan setelah program belajar mengajar utama selesai diselenggarakan.
Dengan melihat penjelasan di atas, tampak jelas bahwa penanganan siswa bermasalah melalui pendekatan Bimbingan dan Konseling tidak semata-mata menjadi tanggung jawab guru BK/konselor di sekolah tetapi dapat melibatkan pula berbagai pihak lain untuk bersama-sama membantu siswa agar memperoleh penyesuaian diri dan perkembangan pribadi secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA 
Kusmawati, N. dan Sukardi, D. K. (2008 ). Proses Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah. Jakarta: Ahdi Mahasatya.

Sudrajat, Akhmad. (2011) . Mengatasi Masalah Siswa Melalui Layanan Konseling Individual. Jakarta: Paramitra.  


Sudrajat, Akhmad. (2010). Strategi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling. [Online]. Tersedia: https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/08/penanganan-siswa-bermasalah-di-sekolah/ [19 Maret 2015]

 Amelia. (2012). Masalah-Masalah Siswa di Sekolah serta Pendekatan-Pendekatan Umum dalam Bimbingan Konseling. Tersedia: http://niaameliaa.blogspot.com/2012/04/pendekatan-umum-serta-strategi.html?m=1 [19 Maret 2015]

Kamis, 12 Maret 2015

[RESUME] TEKNIK PEMAHAMAN INDIVIDU

            Manusia merupakan mahluk sosial dan individu. Manusia sebagai mahluk sosial artinya manusia saling membutuhkan satu sama lain dan tidak bisa lepas dari manusia lainnya. Sedangkan manusia sebagai mahluk individu artinya setiap manusia memiliki karakteristik tersendiri yang unik dan berbeda sifat satu sama lainnya. Manusia sebagai mahluk sosial dan individu akan menampilkan tingkah laku tertentu, akan terjadi peristiwa pengaruh mempengaruhi antara individu yang satu dengan individu lainnya.
            Oleh karena itu, pada kehidupan sehari-hari akan didapati masalah-masalah yang beda antara satu individu dengan individu lainnya. Termasuk masalah-masalah siswa yang terjadi di sekolah. Misalnya ada individu yang cerdas akademiknya namun kurang dari segi bakat olahraga dan adapula individu lainnya yang berkebalikan. Maka guna menyesuaikan diri terhadap perbedaan masing-masing individu tersebut, diperlukan pemahaman terhadap individu itu sendiri dengan teknik-teknik tertentu.
            Pemahaman individu merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh konselor berupa pengumpulan data, analisis data, penafsiran hasil analisis data, dan penarikan kesimpulan tentang diri individu untuk kepentingan layanan bimbingan dan konseling. Pemahaman individu juga diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk mengerti, memahami individu lain. Pemahaman tersebut dimaksudkan untuk kepentingan pemberian bantuan bagi pengembangan potensi yang ada padanya dan atau penyelesaian masalah-masalah yang dihadapinya.
                Pelayanan bimbingan berawal dari memahami individu dengan segala potensi yang dimilikinya, karena pada dasarnya pelayanan bimbingan merupakan upaya membantu individu untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Adapun cara yang digunakan adalah dengan:
1.       Pendekatan dengan alat-alat yang digunakan.
2.       Aspek-aspek pribadi yang akan dikembangkan.
3.       Mengolah dan menginterpretasi data agar dapat digunakan untuk mendapatkan pemahaman terhadap individu.
4.       Melakukan pelayanan.
Terkait dengan hal tersebut maka segi-segi yang perlu dipahami dan diperhatikan dalam kegiatan bimbingan dan konseling individu yang meliputi keseluruhan kepribadian siswa beserta latar belakang yang berkaitan diuraikan sebagai berkut:
1.      Identitas diri.
2.      Kondisi kesehatan jasmani.
3.      Kapasitas dan kecakapan.
4.      Sikap dan minat.
5.      Watak dan temperamen.
6.      Aspirasi sekolah dan pekerjaan/karier.
7.      Aktivitas sosial.
8.      Hobi dan pengisian waktu luang
9.      Keluarbiasaan dan kelainan-kelaian yang dimiliki siswa.
10.  Latar belakang keluarga siswa.
Teknik Pemahaman Individu terdiri dari teknik tes dan teknik non tes. Tes dan non tes merupakan salah instrument untuk memahami individu dalam keseluruhan layanan konseling. Masing-masing instrument tersebut memiliki karakteristik dalam penggunaannya. Teknik-teknik tersebut, diantaranya:
1.      Teknik Tes
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling, pada umumnya tes yang digunakan untuk memperoleh data klien adalah tes inteligensi, tes bakat, tes kepribadian (minat, kecenderungan kepribadian), dan tes prestasi belajar.
Pada tahap sebelum konseling hasil informasi tes digunakan konselor sebagai bahan pertimbangan, yaitu untuk menentukan jenis layanan apakah yang akan diberikan konselor kepada klien, untuk menentukan fokus masalah yang dialami klien, dan sebagai salah satu bahan diagnosis dari proses yang berkesinambungan dan dipadukan dengan hasil analisis yang lain. Misalnya informasi dari teknik non testing : observasi, wawancara, sosiometri, kuesioner, biografi.
Pada tahap proses konseling informasi hasil tes digunakan untuk menafsirkan prognosis dengan memberikan alternatif-alternatif tindakan tentang pendekatan, metode, teknik, dan alat mana yang digunakan dalam upaya membantu pemecahan masalah yang dialami klien. Berdasarkan hasil tes konselor mendapatkan pelengkap data khususnya mengenai sifat-sifat kepribadian klien yang selama ini belum dapat terungkap melalui teknik non tes, sehingga diharapkan hasil informasi tes tersebut dapat membantu kerangka berpikir konselor di dalam merefleksi perasaan klien.
Di samping itu, informasi hasil tes disampaikan kepada klien dengan harapan klien lebih mengenali dirinya sendiri sehingga klien mampu mengembangkan harapan-harapan yang realistis dalam proses konseling. Pada tahap akhir konseling informasi hasil tes digunakan untuk memberikan bantuan dalam membuat keputusan-keputusan dan rencana-rencana untuk masa depan dengan alternatif-alternatif tindakan secara realistis. Selain itu juga merupakan sumbangan yang berarti bagi klien untuk proses perencanaan dan pilihan tindak lanjut, berkaitan tentang dirinya sendiri dalam hubungannya dengan fakta sekarang yang ada.
2.     Teknik Non-Tes
          a. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data dengan pendekatan kualitatif melalui pengamatan dan pencatatan terhadap gejala objek yang diteliti. Tujuan dari teknik observasi ini adalah mengamati perilaku dan sikap konseli ataupun keadaan lingkungan konseli, mengumpulkan data dan informasi tentang perilaku dan kebiasaan konseli serta memahami dan mengenali karakteristik masalah konseli.
                        b. Catatan Anekdot
Catatan anekdot ini merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan informasi bagi individu yang berupa catatan catatan tingkah laku konseli. Penggunaan anekdot ini membawa keuntungan yaitu diperoleh deskripsi tentang tingkah laku sisiwa dalam berbagai situasi dan konselor dapat memahami ciri-ciri kepribadian siswa.
                        c. Wawancara
Wawancara adalah teknik atau metode pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber atau disini adalah konseli. Komunikasi ini dilakukan secara dua arah dengan cara dialog. Dari wawancara dapat diperoleh keterangan data dan informasi siswa. Selain itu wawancara juga dapat digunakan untuk mengetahui permsalahan yang ada dalam diri konseli dan hasil wawancara tersebut dapat digunakan sebagai landasan pemberian layanan secara tepat sesuai kebutuhan konseli.
                        d. Laporan Kepribadian dan Teknik Proyektif
Laporan kepribadian adalah teknik mempelajari individu yaitu pengumpulan sifat-sifat dasar kepribadian individu dan teknik yang mengungkap ciri-ciri kepribadian individu. Laporan kepribadian sebagai teknik dengan mengumpulkan hasil pengungkapan dengan menggunakan instrumen personality inventory, problem checklist, autobiografi. Teknik proyektif adalah teknik pemahaman individu dengan mengungkap proyeksi diri individu terhadap proyeksi diri yang diberikan. Teknik ini biasanya dengan menggunakan bantuan instrumen tes yaitu tes proyeksi.
                        e. Inventori
Inventori adalah suatu metode untuk mengumpulkan data yang berupa suatu pernyataan (statemen) tentang sifat, keadaan, kegiatan tertentu dan sejenisnya. Dari daftar pertanyaan tersebut individu diminta untuk memilih mana pernyataan yang cocok dengan dirinya. Inventory adalah metode untuk memahami individu dengan memberikan sejumlah daftar pernyataan yang harus dijawab/dipilih responden sesuai dengan keadaan dirinya. Jawaban responden tersebut selanjutnya ditafsirkan oleh pengumpul data tentang keadaan responden dan responden memahami diri. Inventory tergolong metode laporan diri (self-repport) atau diskripsi diri (self-deskripsi). Personality inventory mengungkap ciri/aspek kepribadian bentuknya pernyataan dengan jawaban singkat. Contoh : iniventory kepribadian, minat, tingkat nilai religius, bisa juga untuk mengungkap sistem nilai pada suatu manusia.
                        f. Biografi dan Autobiografi
Biografi dan autobiografi merupakan alat pengumpul data melalui catatan yang ditulis sendiri maupun orang lain. Tujuannya adalah untuk mengetahui informasi dan memahami keadaan peserta didik yang berhubungan dengan minat, cita-cita, riwayat penyakit dan pengalaman hidupnya. Bisa juga dilakukan untuk mengungkap suatu kisan atau keterangan kenseli yang bersumber dari kisah nyata.
                        g. Daftar Cek Masalah
Problem checklist merupakan alat atau instrumen yang berupa daftar cek yang khusus disusun untuk merangsang/memancing pengutaraan masalah-masalah yang pernah atau sedang dialami seseorang. Tujuan dilakukannya problem checklist adalah untuk memahami dan mengenal diri konseli dengan baik, mengetahui penyebab dan permasalahan konseli dan pelengkap data yang telah ada.

Kamis, 05 Maret 2015

[RESUME] Pengorganisasian BK (Peran Guru dalam Kegiatan di Sekolah)

Pengorganisasian BK
(Peran Guru dalam Kegiatan di Sekolah)

        Kegiatan bimbingan dan konseling dilaksanakan di berbagai jenjang sekolah/ pendidikan. Pelaksanaan kegiatan bimbingan konseling di berbagai jenjang pendidikan tidaklah sama yang menyebabkan pengorganisasan BK di sekolah juga berbeda. Berikut disajikan pelaksanaan bimbingan konseling.
1.      Taman Kanak-Kanak
Kebutuhan pengembangan diri konseli di Taman Kanak-Kanak nyaris sepenuhnya ditangani oleh guru yang sesuai dengan konteks tugas dan ekspektasi kinerjanya, menggunakan spektrum karakteristik perkembangan konseli sebagai konteks permainan yang memasilitasi perkembangan kepribadian konseli secara utuh. Namun begitu, konselor juga dapat berperan serta secara produktif di jenjang TK sebagai konselor kunjung yang diangkat pada tiap sekolah untuk membantu guru dala menyusun program bimbingan terpadu dengan proses pembelajaran dan mengatasi perilaku mengganggu anak sesuai keperluan, yang salah satu pendekatannya adalah Direct Behavioral Consultation.

2.      Sekolah Dasar
Sampai saat ini di sekolah dasar tidak ada posisi struktural bagi konselor. Namun sesuai dengan umur dari konseli dengan tingkat perkembangan konseli, kebutuhan akan pelayanan bukannya tidak ada, melainkan konselor berperan langsung secara produktif di jenjang sekolah dasar walaupun tidak seperti pada sekolah menengah. Konselor dapat berperan serta aktif sebagai konselor kunjung yang diangkat pada setiap gugus sekolah dan koselor juga dapat membantu guru dalam mengatasi perilaku mengganggu sesuai keerluan.

3.      Sekolah Menengah
Pelayanan bimbingan dan konseling di jenjang sekolah menengah merupakan setting yang paling subur bagi konselor karena di jenjang ini konselor dapat berperan secara maksimal dalam memfasilitasi konseli mengaktualisasi potensi yang dimilikinya secara optimal. Konselor berperan untuk membantu peserta didik dalam menumbuh kembangkan potensinya. Salah satu potensi yang seyogyanya berkembang pada diri konseli adalah kemandirian, seperti kemampuan mengambil keputusan penting dalam perjalanan hidupnya yang berkaitan dengan pendidikan maupun persiapan karir. Dalam melaksanakan program bk sudah seharusnya konseli bekerja sama dengan berbagai pihak terkait seperti kepala sekolah, guru mata pelajaran, orang tua konseli. Selain itu pula dapat bekerja sama dengan ahli lainnya seperti dokter, psikolog dan psikiater. Guru harus dapat berperan sebagai konselor yang mengkokohkan pilihan dan pengembangan karir sejalan dengan bidang konseli yang menjadi pilihannya. Bimbingan karir dan bimbingan vocasional harus berlangsung secara sinergis, untuk itu diperlukan kolaborasi produktif antara konselor dengan guru bidang studinya/mata pelajaran/mata pelajaran keahliannya.

Dalam pelaksanaan bimbingan konseling di sekolah menengah terdapat pengorganisasian BK sebagai berikut:
a.       Kepala Sekolah
Kepala sekolah berfungsi sebagai administrator dan supervisor. Sebagai administrator, kepala sekolah bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan seluruh program sekolah, khususnya program layanan bimbingan dan konseling di sekolah yang dipimpinnya. Karena posisinya yang sentral, kepala sekolah adalah orang yang paling berpengaruh dalam pengembangan atau peningkatan pelayanan bimbingan dan konseling disekolahnya. Sebagai supervisor, kepala sekolah bertanggung jawab dalam melaksanakan program-program penilaian, penelitian dan perbaikan atau peningkatan layanan bimbingan dan konseling. Ia membantu mengembangkankebijakan dan prosedur-prosedur bagi pelaksanaan program bimbingan dankonseling di sekolahnya.
b.      Wakil Kepala Sekolah
Peran wakil kepala sekolah dalam BK adalah melaksanakan kebijakan kepala sekolah terutama dalam pelaksanaan layanan bimbingan konseling. Melaksanakan bimbingan dan konseling minimal 75 siswa bagi yang bberlatar belakang BK, membantu guru mata pembimbing melaksnakan tugas-tugasnya khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya, membantu guru mata pelajaran melaksanakan peranannya dalam pelayanan BK, membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa khususnya dikelas yang menjadi tanggung jawabnya, berparsipasi aktif dalam kegiatan khusus bimbingan dan konseling, mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing.
c.       Koordinator Bimbingan Konseling
Koordinator BK memiliki tugas untuk:
1.    Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konselingkepada segenap warga sekolah orang tua dan masyarakat.
2.    Menyusun program kegiatan bimbingan dan konseling.
3.    Melaksanakan program bimbingan dan konseling.
4.    Mengadministrasikan program kegiatan bimbingan dnkonseling.
5.    Menilai hasil pelaksanaan program kegiatan bimbingankonseling.
6.    Menganalisis hasil penilaian pelaksanaan bimbingan dankonseling.
7.    Memberikan tindak lanjut terhadap analisis penilaianbimbingan dan konseling.
8.    Mengusulkan kepada kepala sekolah dan mengusahakan bagiterpenuhinya tenaga, prasarana dan sarana alat dan perlengkapanpelayanan bimbingan dan konseling.
d.       Guru Pembimbing
Sebagai pelaksana utama, tenaga ahli dan inti, guru pembimbing bertugas:
1.      Memasyarakat pelayanan bimbingan dan konseling
2.      Merencanakan program bimbingan dan konseling (terutama program-program satuan layanan dan satuan kegiatan pendukung, untuk satuan-satuan waktu tertentu, program-program tersebut dikemas dalam program-program dalam jangka waktu tertentu
e.       Guru Mata Pelajaran
Di sekolah, tugas dan tanggung jawab utama guru adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran siswa. Kendati demikian, bukan berarti dia sama sekali lepas dengan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling. Peran dan konstribusi guru mata pelajaran tetap sangat diharapkan guna kepentingan efektivitas dan efisien pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Bahkan dalam batas-batas tertentu guru pun dapat bertindak sebagai konselor bagi siswanya. Dalam konteks organisasi layanan Bimbingan dan Konseling, di sekolah, peran dan konstribusi guru sangat diharapkan guna kepentingan efektivitas dan efisien pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Prayitno (2003) memerinci peran, tugas dan tanggung jawab guru-guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling adalah:
1. Membantu konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data tentang siswa-siswa tersebut.
2. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa.
3. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada konselor.
4. Menerima siswa alih tangan dari konselor, yaitu siswa yang menuntut konselor memerlukan pelayanan khusus, seperti pengajaran/latihan perbaikan, dan program pengayaan.
5. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan gurusiswa dan hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan pembimbingan dan konseling.
6.  Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti/menjalani layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu.
7. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti konferensi kasus.
8. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.
f.       Wali Kelas
Wali kelas sebagai pengelola kelas tertentu dalam pelayanan bimbingan dan konseling mempuyai peranan :
a.       Membantu guru pembimbing melaksanakan tugas-tugasnya,khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawab nya.
b.      Membantu guru mata pelajaran melaksanakan peranannya dalampelayanan bimbingan dan konseling, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya.
c.       Membantu memberikan dan kemudahan bagi siswa, khususnya dikelas yang menjadi tangung jawabnya, untuk mengikuti/menjalanikegiatan bimbingan dan konseling.
d.      Berpartisipasi aktif dalam kegiatan khusus bimbingan dankonseling seperti konferensi kasus.
e.       Mengalih tangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingandan konseling kepada guru pembimbing.


Daftar Pustaka

·         Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Depdiknas. 2007. Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Depdikbud.
·         https://febroeldefila.files.wordpress.com/2012/04/peranan-guru-dalam-bimbingan-konseling-sekolah.pdf
·         http://nintyasintya.blogspot.com/2013/10/makalah-program-organisasi-dan.html